BANDUNG, (PR).- Stasiun Hall dipilih menjadi proyek percontohan sebagai titik simpul strategis sistem angkutan terintegrasi Kota Bandung. Dengan dijadikan kawasan Pengembangan Berorientasi Transit (Transit Oriented Development/ TOD), Stasiun Hall dinilai sebagai lokasi yang paling cocok untuk dijadikan proyek percontohan integrasi sistem angkutan massal maupun sistem angkutan yang ada saat ini.
“Nanti di sana akan ada kereta konvensional seperti komuter, apalagi kalau sudah ada revitalisasi rel ganda. Kemudian ada kereta gantung dan LRT, lalu ada BRT, angkot, taksi, dan sebagainya,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung Ricky Gustiadi, di Bandung, Minggu 21 April 2019.
Konsultasi rancangan sistem angkutan terintegrasi ini merupakan bantuan dari Kedutaan Besar Inggris melalui program Future Cities. Kota Bandung dan Surabaya menjadi wakil Indonesia dari 19 negara yang dibantu Kedubes Inggris.
Ricky menjelaskan, Kedubes Inggris akan membuat road map, jadwal evaluasi terhadap sistem angkutan umum di Kota Bandung. Akan ada evaluasi sistem angkutan umum yang telah beroperasi di Bandung.
“Kemudian nanti kita akan perbaiki untuk penerapan sistem angkutan umum massal, karena lebih tertata dan terintegrasi. Artinya nanti kita akan bicara sistem angkutan umum massal berbasis jalan raya dan berbasis rel,” katanya.
Untuk yang berbasis jalan raya dibagi menjadi trayek feeder, utama, cabang dan ranting. Trayek utama akan memaksimalkan Bus Rapid Transit yang sekarang cikal bakalnya hadir melalui Trans Metro Bandung dan Damri.
Kemudian ada taksi, dan angkutan konvensional angkot, termasuk ojek. Hadirnya taksi daring, dan ojek daring juga dimasukkan, karena sudah masuk dalam pembinaan angkutan di bawah Dishub dan Organda.
“Mau tidak mau keduanya kita lakukan pembinaan karena sudah diformalkan oleh pemerintah. Maka pihak Dishub dan Organda harus merangkul keduanya, dibina sebagai komunitas angkutan umum,” tuturnya.
Untuk cabang dan ranting akan diisi oleh angkot, karena selama ini harus terintegrasi dengan angkutan massal. Rerouting angkutan ini akan ditinjau kembali, ditawarkan kepada komunitas Kobanter, Kobutri, Kopamas.
“Supaya usahanya hidup kembali, tidak merasa dimarjinalkan atau dipinggirkan, tetapi dilibatkan dalam perubahan sistem angkutan di Kota Bandung,” katanya.
Sistem ini juga telah menghitung keberadaan bakal calon kereta ringan (LRT) dan ada kereta gantung yang bermuara ke Stasiun Hall. Program diarahkan agar semua angkutan terintegrasi secara fisik, dan terintegrasi secara sistem manajemen tiket dalam operasionalnya.
“Kereta gantung kita coba pendekatannya awalnya sebagai rintisan dulu. Karena trek pendek, dari Cikapayang-Ciwalk-PVJ-Stasiun Hall. Baik LRT maupun kereta gantung trek pendek semua. Artinya titik simpulnya di Stasiun Hall. Itu titik simpul strategis,” ujarnya.
Ricky menambahkan, bantuan konsultan dari Inggris ini akan mempercepat hasil kajian rerouting. Kedubes Inggris akan sosialisasikan ke seluruh unsur, memilih rute yang akan diusulkan kepada kita yang bisa diimplementasikan, baru kita akomodasi sebagai regulasi melalui keputusan wali kota. Jadi benar-benar harus diimplementasikan di lapangan.
“Rerouting angkot ini akan dilakukan bertahap. Nanti kita serahkan ke komunitas, Kobanter, Kobutri, Kopamas, untuk uji coba dulu di lapangan, kan kajian sudah ada, tinggal evaluasi saja. Sehingga rute yang ada bisa kita geser sesuai komunitas mereka. Ini bottom-up. Kita partisipasi perencanaan. ***
Baca lanjutan nya buka link di samping https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2019/04/21/stasiun-hall-jadi-titik-simpul-sistem-angkutan-terintegrasi
No comments:
Post a Comment