JAKARTA – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengapresiasi maskapai penerbangan Trigana Air. Sebab, Trigana terus menjadi jembatan udara khususnya didaerah terpencil di Papua. Layanan yang diberikan berupa pemenuhan angkutan logistik, meski beberapa kali mendapat gangguan keamanan.
“Pemerintah memberikan apresiasi kepada Trigana Air yang aktif menghubungkan daerah terpencil di Papua. Keberadaan Trigana sangat membantu distribusi logistik di daerah-daerah tersebut. Trigana juga tetap aktif melayani meski sempat terkena masalah keamanan,” ungkap Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, kemarin.
Seperti diketahui, pesawat milik Trigana Air jenis Twin Otter yang mengangkut logistik pemilu terkena tembakan di Bandara Kenyam, Kabupaten Nduga, pada 25 Juni silam. Peristiwa ini mengakibatkan pilot Ahmad Kamil mengalami luka di bagian punggung.
Trigana bahkan sempat mengkonfirmasi beberapa kali mendapat cobaan kala terbang di langit Papua. Pesawat Trigana bahkan pernah disandera sampai lima kali. Beberapa penyanderaan itu diantaranya rute Enarotali-Nabire. Para penyandera waktu itu menginginkan armada milik Trigrana diterbangkan langsung ke Papua Nugini.
“Luar biasa komitmen yang diberikan oleh Trigana. Mereka tetap melayani penyaluran logistik Papua. Trigana juga menjadi moda transportasi yang melayani pergerakan masyarakat di sana,” katanya lagi.
Selain gangguan keamanan, medan Papua yang bergunung-gunung dengan panjang landasan terbatas, serta cuaca yang kerap berubah menjadi tantangan tersendiri. Trigana pun bahkan pernah mengalami kecelakaan, salah satunya di Enaro gap. Enaro gap adalah celah diantara dua gunung yang harus dilewati pesawat jika ingin mendarat di Enarotali yang berketinggian sekitar 1.800 meter.
Namun, Trigana Air tidak pernah menyerah. Misi sosial mengalahkan segalanya dan tetap berada di garda terdepan di pedalaman, khususnya Papua. “Berbagai komitmen untuk memajukan Papua terus diberikan oleh Trigana Air. Mereka berjuang untuk memberikan berbagai kemudahan bagi masyarakat di Papua. Pemerintah tentu sangat mengapresiasi hal ini,” ujar Moeldoko.
Didirikan pada tahun 1990, Trigana Air mulai beroperasi di provinsi paling timur ini pada 1992. Dengan kekuatan 15 pesawat, Trigana mengandalkan Fokker F 27 dan Twin Otter, untuk menjalankan roda utama usahanya, angkutan kargo. Mulai dari semen, bahan pokok, sampai mi instan. Termasuk distribusi bahan bakar Pertamina untuk PLTD di wilayah-wilayah terpencil.
Selain kargo Trigana Air juga mengangkut penumpang dalam jumlah kecil, sekitar 25 persen. Kini, perusahaan ini sedang dalam proses untuk mendapatkan persetujuan pengoperasian sea plane dari Kementerian Perhubungan. Langkah ini dinilai strategis untuk menghubungkan wilayah-wilayah nusantara yang dua per tiganya terdiri atas air. (*)
No comments:
Post a Comment