TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Asosiasi Pengusaha Jasa Angkutan Truk (APJAT) Sumsel mencatat, sepanjang tahun 2015 hingga 2018, terdapat sekitar 15- 20 persen perusahaan jasa angkutan truk dari 200 perusahaan yang terdata mengalami bangkrut.
Hal ini ditegaskan ketua APJAT Sumsel Chairuddin Yusuf, terkait mulai sepinya order yang diterima pihak perusahaan jasa angkutan truk di Sumsel, akibat daya angkut yang sepi dan tingginya biaya operasional yang harus dikeluarkan saat ini.
"Sejak 2015 lalu banyak yang kolap, sekitar 15 sampai 20 persenlah, karena tidak didukung sarana dan prasarana. Dulu pas ramai banyak yang beli truk, tapi daya angkut sepi dan sekarang ongkos operasional naik orderan sepi," kata Chairuddin, Rabu (3/10/2018).
Baca: Dianggap Lalai Deteksi Bencana, Kepala BMKG Diminta Mengundurkan Diri dari Jabatannya
Baca: Kecelakaan di Desa Payakabung Indralaya, Junaidi Tewas Setelah Terpelanting Membentur Aspal
Menurut Chairuddin, total sekitar 200an perusahaan angkutan truk itu, terdiri dari angkutan ekpedisi yang melayani antar provinsi, dan angkutan antar kota/kubapaten dalam provinsi, yang biasanya mengangkut sparepart, variasi, genset, tekstil, sembako dan sembako dari luar masuk Sumsel. Sementara yang keluar dari Sumsel hanya Batubara.
"Yang jelas jumlahnya sudah berkurang, dari tahun ketahun, karena jumlah yang order semakin berkurang," ucapnya.
Ditambahkan Direktur Perusahaan Angkutan Darat PT Multi Ekspres Transindo ini, perusahaanya saja yang biasanya dalam sehari bisa mengoperasionalkan 7 sampai 8 armadanya, kini sudah berkurang terus dari 4, dan saat ini hanya 2 armada dalam sehari.
Baca: Video Dikabarkan Letusan Gunung Soputan Beredar, Sutopo: Orang Kok Tega Menyebarkan Kebohongan
Baca: Sebut Dirinya Sebagai Pencipta Hoax Terbaik, Ini Pernyataan Lengkap Ratna Sarumpaet
"Apalagi saat ini kondisi dollar tinggi sangat berpengaruh terhadap jasa angkutan, seperti naiknya harga sparepart dan harga ban, yang harus mau tak mau ditanggung pengusaha," jelasnya.
Dilanjutkan Chairuddin, selain ekonomi yang tidak menentu saat ini, pengaruh daya angkut yang sepi dan ditambah dollar tinggi, dirinya tak menampik kedepan nanti jasa angkutan truck yang ada semakin banyak yang kolap.
"Kita tidak bisa berbuat banyak, disaat harga komodit unggulan Sumsel anjlok, dan kita mau menaikkan ongkos angkut harus dikaji dahulu, takutnya akan menjadi daya angkut semakin sepi," pungkasnya.
Baca lanjutan nya buka link di samping http://sumsel.tribunnews.com/2018/10/03/kurs-dolar-turut-pengaruhi-bangkrutnya-20-persen-perusahaan-jasa-angkutan-truk-di-sumsel
No comments:
Post a Comment