Solopos.com, SOLO -- Pengurus Serikat Pekerja Transportasi Indonesia (SPTI) Unit Kerja Pasar Legi, Solo, mencatat jumlah minibus jurusan Sumberlawang, Sragen-Pasar Legi, Solo, kini tinggal sekitar 20 unit.
Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dibanding 2013 lalu yang mencapai lebih dari 50 unit. Pengurus SPTI Unit Kerja Pasar Legi Bagian Pengelola Lapangan, Suryadi alias Harun, menduga hal tersebut karena makin banyak pelanggan minibus yang beralih ke kendaraan pribadi dan kendaraan umum jenis lain untuk bepergian.
Rekomendasi Redaksi :
Dia mencontohkan para pedagang sayur di daerah yang terjaring promo kredit kendaraan mudah dan murah akhirnya beralih memanfaatkan kendaraan pribadi untuk mengangkut sayur mayur dan berbagai barang lain untuk kulakan di Pasar Legi.
“Banyak armada yang tidak dioperasikan lagi karena penumpang sepi [sedikit]. Saya mencatat jumlah minibus yang masuk Pasar Legi sekarang kurang lebih tinggal 20 unit, lebih sedikit hampir tiga kali lipat dibanding 2013 lalu,” kata Harun saat berbincang dengan Solopos.com di Taman Parkir Pasar Legi, Minggu (14/10/2018).
Bukan hanya pedagang sayur, Harun menyebut layanan minibus juga ditinggal pelanggan dari kalangan pelajar. Dia menyakini jumlah penumpang minibus dari kalangan pelajar berkurang terus karena dua faktor.
Pertama, semakin banyak masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi sehingga memilih mengantar sendiri anak mereka ke sekolah. Para orang tua berpandangan lebih hemat mengantar sendiri anak sekolah ketimbang meminta mereka menumpang minibus.
Kedua, dia menduga semakin banyak masyarakat yang beralih memanfaatkan layanan ojek online yang menawarkan kemudahan pemesanan.
“Para pengusaha minibus sekarang bingung. Harga onderdil juga makin mahal. Padahal pendapatan kami masih mepet. Kalau kondisinya dibiarkan seperti ini terus, bukan tidak mungkin [layanan] bus Pasar Legi tujuan Kalioso, Gemolong, Sumberlawang, ini akan hilang,” jelas Harun yang juga terlibat usaha minibus tersebut.
Harun mengaku mempunyai beberapa minibus jurusan Pasar Legi-Sumberlawang yang dioperasikan orang lain. Laki-laki asal Kelurahan Kestalan, Banjarsari, itu berharap pemerintah bisa turun tangan membantu menyelesaikan masalah krisis pendapatan atau penumpang yang tengah dialami para pengusaha minibus jurusan Pasar-Legi-Sumberlawang.
Bantuan yang diharapkan Harun dari pemerintah, yakni pemberian subsidi untuk pengoperasian minibus. Dia juga berharap adanya penindakan terhadap operasional ojek online.
Penumpang minibus asal Kalioso, Karanganyar, Sumarti, 46, menduga minibus jurusan Pasar Legi-Sumberlawang kini sepi penumpang karena kondisinya yang rusak. Dia yakin jika armada minibus diperbaiki banyak penumpang yang kembali tertarik menumpang minibus tersebut.
Ibu rumah tangga ini mengaku selama ini sering menumpang minibus tersebut karena terpaksa. Sumarti ingin berbelanja di Pasar Legi namun tidak ada yang bisa mengantarnya.
Sementara di mengaku tidak bisa mengendarai sepeda motor atau mobil.
Baca lanjutan nya buka link di samping http://soloraya.solopos.com/read/20181015/489/945976/angkutan-minibus-sumberlawang-pasar-legi-solo-kritis
No comments:
Post a Comment