loading...
Pengamat transportasi dari ITB Ade Syafrudin mengatakan, pertumbuhan penduduk mestinya dibarengi peningkatan penggunaan angkutan umum. Tetapi yang terjadi ternyata angkutan pribadi yang terus tumbuh.
Bus dan angkutan umum, tumbuh di bawah 1%. Berbeda dengan angkutan pribadi yang tumbuh cukup besar setiap tahunnya. Melihat kondisi itu, pemerintah semestinya memaksimalkan angkutan berbasis rel agar kemacetan bisa dikurangi.
"Paling baik itu transportasi berbasis rel. Karena paling murah dan aman, juga bisa ngangkut banyak. Jangan seperti saat ini, suplay dan dimand tidak seimbang, sehingga macet selalu terjadi di kota besar," jelas Ade, Senin (25/6/2018).
Walaupun diakuinya, tak ada kota di dunia yang bisa terbebas dari kemacetan. Tak terkecuali Bandung raya, akan sulit menghilangkan kemacetan. "Saya kira tidak ada kota yang bisa menghilangkan macet. Coba di mana? Masalahnya macetnya panjang atau pendek. Di Jepang saja, yang transportasinya bagus ada macet. Tapi pendek," katanya.
Sementara itu, dalam acara FGD yang digelar beberapa pekan lalu, Kepala Bidang Fisik Bappeda Jabar Slamet Mulyanto mengaku, beberapa solusi transportasi di Bandung yaitu LRT Bandung raya, yang terhubung dengan kereta cepat. Selain itu ada BUTR. saat ini masih MoU, karena memakan dana Rp1 triliun.
"Sementara solusi jalur ke selatan adalah pembangunan LRT di tiga jalur. Yaitu dari Leuwi panjang ke Seorang, kemudian Martadinata ke Banjaran, dan Tegalluar ke Majalaya," jelas dia.
Asisten VP Agung Podomoro Land, Agung Wirajaya mengatakan, saat ini pihaknya sedang membangun kawasan residensial di Buahbatu. Namun ada beberapa solusi transportasi yang bisa dikemukakan untuk kurangi kemacetan.
"Salah satu solusi kami adalah menyediakan sutle bus di area komersial dan residensial. Kami harapkan itu bisa mengurangi trafik kemacetan di kawasan itu," kata dia singkat.
(fjo)
No comments:
Post a Comment